Thursday 30 March 2017

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dan Pendidikan

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dan Gerakan Pendidikan

1. a) Muhammadiyah didirikan pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta dengan dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam yang amat mengkhawatirkan pada saat itu. Ada tiga penyakit kronis pada saat itu yang dialami oleh umat Islam, yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Mengapa ia miskin, karena ia bodoh. Lalu mengapa ia bodoh, karena ia terbelakang. Hal ini merupakan lingkaran yang tak berujung dan bertepi serta tak terputus. Kondisi umat tersebut dijawab oleh KH. Ahmad Dahlan dengan mendirikan sekolah sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah. Pada tahun 1911, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah dengan sepuluh orang murid. Ilmu umum diajarkan oleh seorang guru pemerintah yang bersedia membantu sedangkan ilmu agama diajarkan sendiri oleh beliau. Setahun kemudian, Muhammadiyah berdiri untuk memberikan kontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa.

b) Sistem pendidikan Islam tradisional dikenal metode sorogan dan weton, maka di lembaga pendidikan klasikal seperti ini yang dipraktekkan adalah kurikulum pelajaran pesantren. Materi pendidikan agama yang mencakup mata pelajaran aqidah akhlak, hadist, piqh, tarikh.
Sedangkan metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu Metode ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode karya wisata/belajar di alam. Kurikulum yang digunakan di Muhammadiyah merupakan kurikulum gabungan antara kurikulum pelajaran pesantren dengan kurikulum modern dengan mempelajari ilmu-ilmu dalam bidang umum. Maka materi yang disampaikan pada pendidikan Muhammadiyah adalah Pendidikan Agama yang mencakup mata pelajaran aqidah akhlak, hadist, piqh, tarikh, bahasa, al-quran dan kemuhammadiyahan. Selain pendidikan Agama di Muhammadiyah juga terdapat pendidikan umum yang meliputi IPA, IPS Ilmu teknik, olah raga, matematika dll.

2. a) Tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah dalam bidang pendidikan selama ini yaitu
- Amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. 
-   Krisis moral
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, ‎yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, ‎perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada ‎perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, ‎penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan ‎tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.‎
- Masalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kecenderungan penggunaan teknologi tinggi (high technologie) khususnya teknologi komunikasi dan informasi (TKI) seperti komputer mempuyai dampak negatif. Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih cepat, transparan, tidak dibatasi waktu dan tempat
- Masalah berkurangnya profesionalisme guru itu juga mempengaruhi perkembangan pendidikan.

b) Solusi atas tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan adalah Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai mantra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik, yaitu dengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Allah Swt. 

3.  a) Nilai-nilai ideologi islam pada kurikulum 2013 dapat dimasukkan pada beberapa mata pelajaran yang berbau islami, seperti Al-islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa arab. Sehingga dari beberapa mata pelajaran itu kita dapat menyisipkan nilai-nilai agama islam dengan lebih mudah seperti halnya dengan berdakwah disela-sela pelajaran berlangsung.

b) Peran mata pelajaran ISMUBA dalam melakukan “Character Building” di sekolah Muhammadiyah yaitu peserta didik dapat berbicara bahasa arab, mengaji serta mengerti aturan – aturan agama yang baik dan yang salah. Peserta didik juga diajarkan membangun akhlak yang baik dan mempelajari agama lebih dalam.

4. a) Filosofi pendidikan islam dalam perspektif Muhammadiyah yaitu Muhammadiyah mengembangkan keterbukaan, menghargai perbedaan, toleransi dan semacamnya kepada para anggotanya melalui berbagai macam aktivitas atau forum seperti pengajian, training, dan pertemuan pengurus-anggota di berbagai tingkatan (Muktamar, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah,Cabang dan Musyawarah Ranting). Lebih lanjut lagi, beberapa organisasi otonom Muhammadiyah seperti Aisyiah, Nasyiatul Aisyiah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terlibat langsung dalam penyelenggaraan demokrasi dalam pengertian partisipasi masyrakat dalam politik formal, misalnya pendidikan untuk pemilih; monitoring pemungutan suara,pendidikan anti korupsi dan pengembangan sensivitas gender.

b) Konstribusi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan di Indonesia yaitu dulu pendiri organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan   menyelenggarakan pendidikan dengan menggabungkan kurikulum pondok pesantren dengan sekolah barat (modern), dengan porsi pendidikan agama yang cukup. Maka muncullah pondok pesantren yang juga mengajarkan pelajaran umum seperti Madrasah Mualimin dan Mualimat. Sedangkan SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah adalah sekolah model barat yang mengajarkan pendidikan agama islam dengan porsi yang cukup banyak. Pada waktu itu K.H. Ahmad Dahlan juga berani melakukan hal yang masih dipandang aneh   untuk kalangan umat islam yaitu sekolah menggunakan bangku dan kursi, murid-muridnya diperbolehkan latihan drumband dan menggunakan celana panjang serta dasi. 
Kini satu abad sudah Muhammadiyah berdiri,  partisipasi Muhammadiyah dalam dunia pendidikan tidaklah kecil. Mahammadiyah mampu menyelenggarakan program pendidikan dengan menyediakan 1132 SD; 169 MI; 1184 SMP; 534 MTs; 511 SMA; 263 SMK; 172 MA; 67 Pondok Pesantren; 55 Akademi; 4 Politehnik; 70 Sekolah Tinggi dan 36 Universitas yang tersebar diseluruh Indonesia. Sehingga sekolah di Muhammadiyah bukan sebagai pilihan kedua setelah tidak diterima di sekolah negeri. Lembaga pendidikan Muhammadiyah benar-benar menjadi wahana menyemai karakter generasi penerus bangsa.

5. a) Pendidikan karakter adalah suatu konsep dasar yang diterapkan ke dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani maupun budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya sehingga dapat mengurangi krisis moral yang menerpa negeri ini. Menurut para ahli pengertian pendidikan karakter haruslah diterapakan ke dalam pikiran seseorang sejak usia dini, remaja bahkan dewasa, sehingga dapat membentuk karakter seseorang menjadi lebih bernilai dan bermoral. 

b) Ada tiga program yang dilakukan Muhammadiyah dalam “Character Building” yang menjadi tekanan pihak sekolah dalam membangun karakter terpuji, yaitu melalui: (1) kultur sekolah bermutu yang mencakup mutu input, mutu akademik, dan mutu nonakademik; (2) kultur sekolah Islam dengan fokus penanaman karakter religius, keterbukaan, kepedulian, kebersamaan, dan kerja sama; (3) kultur disiplin dengan fokus penanaman karakter antara lain religius, kedisiplinan, kepedulian, dan kebersamaan.